Minggu, 27 April 2014

TENTANG PILPRES 2014

kita semua tau bahwa tahun 2014 ini adalah tahun politik. setelah Pileg tanggal 9 April kemarin, sebentar lagi kita akan memasuki sesi ajang politik berikutnya, Pilpres bulan Juli nanti. ada yang bilang karena capresnya sudah ketahuan siapa yang bakal menang, maka Pilpres bulan Juli nanti akan diganti saja dengan Pilwapres. (sumber sengaja tidak saya cantumkan karena memang tidak dapat dipercaya. serius! :P)

ada yang istimewa pada laga politik tahun 2014 ini, yaitu munculnya sosok fenomenal Ir. H. Joko Widodo atau akrab kita sebut Jokowi. seolah menjawab rasa haus rakyat Indonesia akan sosok pemimpin yang sederhana, jujur dan mau bekerja, Jokowi hadir dan seperti meniupkan harapan baru bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang sudah lelah ditipu oleh janji-janji politik para politisi dan pemimpin-pemimpin pemerintahan sebelumnya.
"pilih saya! nanti saya pilih kamu juga!"

"ketegasan dan kredibilitas saya jaminannya! silahkan ambil unit yang kalian suka tanpa uang muka!"
"jangan percaya sama tukang bohong! percayalah pada kami, tukang tipu!" :P

munculnya sosok yang berbeda ini membangkitkan semangat berpolitik sebagian rakyat yang sebelumnya tidur panjang. sebagian warga negara yang sebelumnya apatis dan telah lama setia menjadi simpatisan partai golongan putih ini pun tergerak untuk menggunakan hak pilihnya lagi. mereka mulai terobsesi lagi dengan kata "mencoblos". (tau semua kan, pileg kemaren banyak caleg bahenolnya? :P)

gegap gempita masyarakat terhadap harapan Jokowi akan membawa perubahan ini pun mengakibatkan benturan kepentingan di kalangan elit politik yang ikut bertarung dalam laga derby tinju bebas beregu ini. kemunculan Jokowi dianggap penghalang besar bagi ambisi mereka meniti batang pinang menuju puncak tertinggi kasta politik negeri ini. dagelan yang sudah mulai di-gongkan semenjak sebelum pileg itupun berlanjut ke pagelaran pilwapres. eh, pilpres. :P

Orang-orang lama yang sudah mempersiapkan diri dalam kancah perebutan singasana politik tertinggi dari jauh-jauh hari inipun sontak bereaksi keras ketika sosok Jokowi, calon pemimpin yang kurus kerempeng, berwajah ndeso dan bajunya itu-itu saja ini didaulat sebagai pemimpin pilihan rakyat versi survey dari berbagai lembaga survey terpercaya. signifikansi persentase tingkat elektabilitas Jokowi yang sangat tinggi memaksa mereka bertindak sedini mungkin demi menggembosi citra Jokowi yang melambung tinggi di tengah masyarakat. serangan-serangan politik yang tidak pernah diakui dilakukan oleh para pelakunya ini berhamburan memburu, menerjang, menghantam dan menggerayangi setiap tindak tanduk Jokowi. apapun yang dilakukan, apapun yang diputuskan, apapun yang menempel pada Jokowi tak luput dari serangan politik membabi buta tersebut. background politiknya, kebijakan politiknya, hobinya, senyumnya, pakaiannya, dandang pancinya sampe utang-utang di bakul sayurnya juga tak luput dari serangan politik. xixixi.. lebay sitik. :P

capres-capres lain juga tak luput dari serangan politik. semua aib yang memang benar ada atau yang mendadak dibuat menjadi ada pun jadi bahan berita dan pergunjingan dalam masyarakat. tau kan masyarakat? ada yang pintar, ada yang ompong, ada yang malah suka nelen permen karet bulat-bulat??
dan disini kita bisa meyaksikan, dari jual-beli pukulan yang dilakukan antara capres dan parpol pengusungnya ini setiap serangannya bak pisau bermata dua. jika isu negatif itu keluar dari sumber yang jelas, maka serangan itu berpotensi menjatuhkan objek dari isu negatif itu sendiri (apalagi jika sampai terbukti) dan juga berpotensi menjatuhkan pihak yang melempar isu tersebut. 


tahun 2014 ini juga ada yang istimewa (a.k.a. njelehi), beberapa politisi juga melakukan serangan politik melalui karya sastra. selain cerpen fiksi bebas bertema SARA yang dipajang di situs yang tidak jelas siapa pemiliknya, serangan politik kali ini juga banyak dilontarkan lewat pantun dan puisi. pantun sedih dari orang yang takut kalah.. dan puisi-puisi satir yang terlahir dari kebuntuan berpikir. kenthir! bukan mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat, malah mendapat cemooh.
"udah.. jangan nangis.. malu sama kudanya" :D

ah.. terserah mereka lah. ingin menggunakan gaya apa yang menurut mereka baik dalam mengambil simpati rakyat. mau blusukan sampe nyebur ke got kek, mau kampanye di atas bus berkarat kek, mau naek kuda mmmmmuahal kek, mau meluk boneka teddy bear kek, keberagaman sudut pandang dan wawasan berpikir masyarakat toh berbeda-beda. rakyat akan memilih jagoan mereka sendiri-sendiri. pada akhirnya akumulasi suara rakyat lah yang menjadi mandat dan akan menentukan siapa yang akan melenggang ke podium merdeka utara.
sama-sama kita doakan saja bahwa siapapun nanti presidennya, semoga bisa membawa perubahan pada negara kita menjadi lebih baik. ;)



"yang namanya monyet, mau dibedakin kayak gimana juga tetep aja... monyet" ~Y.G.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar